Minggu, adalah satu-satunya hari bagiku untuk bersantai, hari ini sebenarnya ada agenda holiday bersama teman-temanku yang se-profesi (Sama-sama guru),karena aku harus istirahat, untuk diriku, badanku, sekaligus menghargai waktu dihari ini hehehe. Hari minggu, hari santai untukku, biasanya sih ku lewati dengan yang pertama, paling utama, HP Offline (tanpa koneksi internet), kopi dan gorengan dipagi hari sebelum sarapan di siang harinya, tentu saja playlist-playlist lagu random yang telah ku siapkan untuk memanjakan suasana dan telinga, dan mengenang satu-satunya acara.

baik, lanjut, selamat membaca.

jadi dulu, aku pernah menjadi siswa atau menjadi murid, punya guru, dan sudah pasti, seringkali berkawan dengan bangku dalam ruangan yang disebut kelas, mulai ku berkenalan waktu masih duduk dibangku taman kanak-kanak, hingga akhir-akhir sekali menuju gelar sarjanaku di tahun 2015, mungkin kawan terindah bagi pelajar adalah sebenar-benarnya adalah bangku, bukan pacar, mantan, atau benda lain disekitar sekolah, sekalipun papan (maybe), tapi dimana-mana, orang-orang pasti menyebutnya "bangku sekolah, bangku kuliah" dan seterusnya ketika mengenangnya.

Ditahun-tahun belakangan ini, akupun sedang sering-seringnya bertemu bangku, mungkin sudah 2 tahun yang lalu, sejak ku raih wisuda pendidikanku di UM, tapi kali ini aku bertemu bangku kembali, perbedaannya, kali ini aku juga bertemu dengan banyak siswa, untuk posisi yang berbeda, diposisi yang tak pernah kusangka sebelumnya, semenjak ku mengenal gitar diumur 7 tahun, dan ditahun 2002 jika tidak salah, mulai mendengarkan lagu sheila on 7 yang berjudul shepia, lagu dari wayang band (yang ku ingat) drummer dari band ini paling kecil dari yang lain, dan juga peterpan yang masih ku ingat waktu itu ku nikmati lewat cd album kompilasi "kisah 2002 malam" yang kubeli seharga 3500 saja di pasar malam stadion pakong waktu itu, dan mulai nge-band di kelas 4 sekolah dasar, sudah bisa ditebak apa cita-citaku sedari masa kecilku, ya... aku ingin menjadi musisi untuk cita-cita jujurku dimasa kecil, nggak ada ceritanya aku menuliskan dalam catatan semasa sekolah jika kelak aku akan jadi dokter, pilot, presiden apalagi untuk jadi guru, sungguh.

Perlahan namun pasti, sejak aku kuliah memang menyusun banyak hal, kuukir pelan-pelan, ngamen kesana-kesini, fokus kuliah dan juga fokus pada beberapa cita-cita, salah satunya ya itu tadi, berharap menjadi musisi, eksistensi dibidang musik (yang kuperlukan), merintis sebuah band dengan nama KOS ATOS, yang jika ku perjelas, band inilah yang sebenarnya dalam tanda kutip menjebakku, menahanku disini untuk ku raih cita-cita bersamanya (kos atos), dan untuk beberapa hal yang mengharuskanku di Kota Malang, aku pun harus bertanggung jawab pada sarjanaku, pada keinginan orang tua, pada keinginan bersama cita-cita orang lain dalam hal ini kekasihku, dari situlah awal mula pertemuanku dengan profesi menjadi guru.

Sempat beberapa kali menolak untuk tawaran mengajar di beberapa tempat, termasuk di kampung halamanku juga, dengan alasan bla-bla-bla, akhirnya keputusan menjadi guru sampai juga, memang susah pada awalnya, merubah beberapa kebiasaan yang mungkin sebelumnya anti, sekarang harus dibiasakan, yang sebelumnya memang tak terprediksi olehku.

Ku temui anak-anak yang ku kenal lewat profesi menjadi guru, berbagai macam karakter siswa, putra atau putri, aku ingat betul, hal pertama yang membuatku nyaman menjadi guru adalah bertemu dengan siswa/siswa yang se-pemikiran, se-level dalam selera, dalam hal ini bidang musik, tentu saja itu memudahkanku dalam merangkai rasa nyaman disini.

Memang tak semua bisa dirasakan dengan mudah, diluar apa yang aku tulis dalam paragraf diatas, tentu saja ada pula yang membuatku tak nyaman, membuatku malas, membuatku lelah, sangat lelah, membawa pada mood paling rendah, mungkin perempuan yang slalu ada untukku itu (kekasihku) tahu betul bagaimana wajah dan kondisi perasaanku disaat-saat moodku sedang turun drastis, tapi diluar itu masih ku ikuti alur cerita Tuhan ini, merasa semua harus lebih baik esok hari adalah motivasi untuk melanjutkan profesi baik ini, walau kadang berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan atau direncanakan, tapi aku sadar, orang tak akan melihat bagaimana perasaanmu disini (dalam hatimu), kusadar satu hal, bahwa profesi ini memang harus begini, urusannya dengan banyak hati, banyak otak, banyak pribadi, banyak sifat, dan orang akan berkata hanya perlu penyikapan "sabar" sebagai kunci, bahkan ada juga yang berpikiran, ya kamu guru? ya memang harus gitu itu, muridmu nakal? ya namanya anak-anak! Muridmu menyakiti perasaanmu? ya namanya anak-anak!, setelah sekian lama, jawabannya adalah semua kondisi diatas hanya akan kembali kepada pemakluman saja.

Lewat curhatan beberapa dari mereka,  ternyata ada juga murid yang pilih-pilih, harus guru A, guru B dan seterusnya, sukanya kalau guru yang A karena begini, karena kalau guru yang B begitu dan seterusnya, kembali pada paragraph sebelum ini, “ya namanya anak-anak”, ku jawab dengan pelan, itu tak berarti apapun untuk gurumu, tenang saja, guru A dan B yang begini-begitu itu tak akan pilih-pilih murid A atau murid B atau murid C yang sangat begini-begitu itu untuk dibimbingnya, (yang kutahu).

“semakin kamu tolak, kamu akan semakin dikasih sama Tuhan”, aku pernah mendengar seseorang berkata seperti itu padaku ketika pertama kali aku ingin membatalkan keinginanku untuk mengajar dengan alasan yang sebetulnya hanya rasa “jenuh” yang kebetulan meraja.

Namun sekarang semuanya sudah berbeda, aku tak pernah menolak bertemu siapapun yang bernama murid, dipanggil guru, dipanggil bapak dan sebagainya, aku tak pernah menolak, bahkan ketika untuk merasakan kesakitan hati ku sendiri hatiku tak pernah menyeleksi, aku sudah mati rasa merasakan sakit hati, tapi semakin peka merasakan kebanggaan ketika bertemu murid yang memberikan hiburan untukku tanpa mereka sadar juga, hanya aku yang tahu. Dan sejujurnya merekalah alasan untuk beberapa hal kenapa aku semakin bersemangat untuk berkarya disini, karena mereka aku juga merasa malu untuk mengeluh, aku tak pandai berdoa sebelumnya, karena mereka, karena setiap harinya aku ingin kebaikan menyertai aku dan mereka, aku doakan setiap saat untuk kelancaran transfer ilmuku kepada mereka, semoga menyertai kebaikan setelahnya. Amin

dan kesimpulan yang dapat ku ambil setelahnya, aku merasa "hatiku kini, bukan hati karet, yang mudah berubah, semakin kuat, tak mudah memuai dan semacamnya".



pada akhirnya  aku hanya berkata, sungguh aku sedang sayang-sayangnya dengan siapapun yang bernama "murid", semenjak aku berhasil membuat mereka berbicara padaku dikesempatan pertama, bercerita dikesempatan kedua, saling menyukai selanjutnya, dan pada akhirnya aku berikan sebuah sikap penghargaan pada setiap karakter dan sifat mereka masing-masing, bila kulihat juga dalam foto-foto dan koleksi video mereka dalam PC ku, seringkali/sesekali menetes tak sampai beberapa mili liter air mata untuk sebuah rasa yang tak bisa diwakilkan lewat tulisan ini, Tuhan yang tahu aku cinta mereka, aku sangat mencintai mereka!.

Malang, 20 Agustus 2017



Selesai