Sore itu disebuah warung kopi dekat kami bekerja, saya atau kami, biasanya Pak Habibi, Pak Dennies, Pak Zaky, Pak Iqbal, Pak Umar, Pak Ghulam, Pak Dani dll (guru-guru SMA Islam Sabilillah) biasa nongkrong untuk beberapa hal, diantaranya ya untuk sekedar meminum kopi, bersantai, atau saya sendiri, selain untuk bersantai, tujuan lainnya adalah untuk menghabiskan sore, rute yang biasa saya lewati terkenal dengan macetnya, saya memang tidak suka kemacetan jalan soehat malang ketika pulang kerja, maka untuk itu setiap hari pula saya biasa menunggu waktu maghrib tiba kemudian pulang, biasanya diwaktu-waktu itu jalan mulai renggang.

Sore itu tanpa sengaja, ketika kami sudah mau pulang, seorang teman saya, namanya pak Ghulam, guru PAI di Sekolah ngobrol dengan pak Iqbal, salah satu staf perpustakaan sekolah kami, pak Iqbal bilang, “pak ghul, aku ngkok tak nang kos  mu ya, tak ps an, ambek pak umar pisan”, pak Umar nyletuk dan bilang, aduh pak saya tidak bisa ps an pak.. hehe, kemudian pak Ghulam menjawab, “oiyo, aku yo kangen ps an, ayo wes pak, mrono o yo”, singkat cerita, begitu lah kira-kira percakapan sore itu sebagai penutup santai kami sebelum pulang. 

Kami pun pulang kerumah tempat masing-masing, saya pulang lebih dulu dan disusul yang lain, dijalan, pak Iqbal mendahului motor saya, mengklakson seperti biasa sebagai tanda menyapa, saya balik mengklakson pak Iqbal dan berkata "enggih, hati-hati pak". Sepanjang jalan ada beberapa hal tiba-tiba terlintas di pikiran saya, dari obrolan itu saya teringat beberapa hal, PS atau yang popular dengan play station, dan juga kata kangen. Obrolan itu membuat saya teringat atau kangen dengan masa kecil saya, waktu itu jika tidak salah, saya masih duduk di kelas 4 Sekolah Dasar, saya punya teman bernama Rossi, anak ini adalah ponakan dari satu-satunya orang yang punya rental PS dikampung kami, PS yang ada waktu itu masih PS 1 (Play Station) keluaran pertama, sepulang sekolah, saya dan teman saya biasa mampir di rental ps tersebut, ini rutin saya lakukan hehehe, walaupun untuk memainkannya saya tidak bisa, tapi seumuran saya waktu itu, menonton saja rasanya sudah sangat bahagia, game motor racer sedang loadingpun saya tonton hehehe, bagi anak kecil seperti saya, yang tidak punya uang untuk menyewa waktu itu, 500 rupiah = 20 menit, 1000 = 30 menit, dan 2000 = 1 Jam dan seterusnya, uang saku saya waktu hanya 1500, biasanya saya sisakan 1000 untuk saya tabung di pak Djumali (kepala sekolah)  yang juga mengurusi tabungan anak-anak.. hehe. Semoga beliau sehat selalu. Dari uang saku yang tinggal 500 tadi rasanya memang tidak bisa saya bermain PS, mengingat minimal sewa PS waktu itu yang sudah saya sebutkan diatas, yaitu 500, yasudah, lagi pula Bapak saya melarang saya untuk main PS waktu itu dengan berbagai pesan yang sebetulnya jika dipikir sekarang tidak masuk akal, contohnya…  kalo kamu main PS nak, nanti kamu tidak bisa ngaji, nanti kamu bodoh dan tidak ranking dikelas lagi dan sebagainya, ah sudahlah, waktu itu percaya bahwa main PS bikin bodoh, tidak bisa ngaji dll, saya percaya .. waktu itu hehehe, lagi pula dengan berbagai kegiatan anak seumuran saya memang tidak ada waktu juga waktu itu, pagi-siang Sekolah, siang-sore masih sekolah sore, waktu itu saya sekolah di Pesantren Miftahul Ulum Patemon-Pakong Kab.Pamekasan, sebuah pondok pesantren yang bisa dikatakan memberikan saya banyak bekal ilmu dalam beragama, ketika malam, kami anak-anak seumuran saya harus ngaji sampai selesai shalat isya, begitulah setiap harinya, anak-anak dilingkungan saya memang begitu. Nah! Oke lanjut…. akhirnya dari situ, melihat sikon dan sebagainya, maka dipastikan saya hanya bisa melihat teman-teman yang bermain PS disela-sela pulang sekolah tadi, yaitu pukul 11.30 s/d pkl 12.00, sampai pukul 12.00 biasanya masih aman, orang tua tidak akan menanyakan kenapa pulang lama bla.bla..bla, mengingat sekolah siang di Pesantren masuk pukul 13.30, jalan kaki dari rumah biasanya 30 menit, setelah sampai dirumah pukul 12san biasnaya saya langsung makan siang, dilanjutkan mandi, bersiap berangkat sekolah lagi, biasanya saya dibantu ibu saya memakai sarung, kopyah dll, oiya.. saya baru bisa memakai sarung sendiri ketika saya sudah kelas 5 Sekolah Dasar, sebelum itu, ibu saya membantu saya setiap kali ingin menggunakan sarung, ketika mau sekolah sore, mau ngaji, atau tadarus malam, kalo inget sekarang ya lucu sih, tapi itu sangat baik, dari pada saya memakai sendiri dan biasanya sarung yang saya pakai lepas-lepas sendiri… hehehe.

Kembali lagi ke menonton PS, ada kejadian yang mungkin tidak dapat saya lupakan sampai hari ini mengenai PS atau playstation ini, pada suatu siang, ada tetanggaku namanya Andre, dia sedang bermain PS di rental PS itu, saya menonton disampingnya, saya menonton terus…. Menonton saja…. Waktu itu andre memainkan PS selama 30 menit, yaitu dengan harga 1000 rupiah, ditengah-tengah asyiknya bermain, waktu itu Andre dijemput orang tuanya, karena suatu hal dia harus berhenti bermain PS, andre kebingungan dengan PS nya harus diapakan, “kadung” bayar, ya mau tidak harus dia tinggalkan, satu-satunya yang dia lakukan adalah memberikan sticknya kepadaku (yang duduk tepat disebelahnya), penonton sejati… hehe, ya.. benar saja, hari itu adalah hari dimana pertama kali saya memegang stick, bahagia sekali rasanya, ya Karena memang uang andre tidak bisa diambil kembali, eman-eman biaya sewanya kan, jadi saya tetap lanjutkan bermain PS menggunakan uang sewa yang dibayar andre dan dia ikhlaskan kepada saya, saya lanjut memainkannya waktu itu, lanjut… sangat asyik!!, apalagi sensasi memegang stick getar ketika motor dalam game motor racer keluar lintasan membuat anak seumuran saya merasa senang, termasuk saya… hehe. Saya lanjutkan sampaikan pukul 12 lewat, tapi TV (mode sleep) belum juga berhenti/mati, jadi saya tetap lanjutkan, sebenarnya saya khawatir di cari orang tua saya, karena pernah suatu ketika, waktu kelas 2 sekolah dasar jika tidak salah, ibu saya menjemput saya ketika asyik bermain di sekolah, padahal waktu itu anak kelas 2 pulang jam 10, dan saya disekolah sampai dengan jam 12san, dengan polosnya waktu itu saya tertawa saja ketika ibu saya kebingungan mencari saya, hukuman untuk anak nakal ini waktu itu adalah dicubit dan kemudian dilanjutkan dengan saya menangis dan meminta maaf, ah.. saya kok begini sih hehehe, masih di Rental PS, Jujur saja, saya khawatir ibu saya menjemput saya lagi, tapi yasudahlah.. saya tetap melanjutkan bermain PS.

Ups….. tapi tunggu dulu, ketika saya asyik bermain PS, beberapa saat setelah itu ada orang tua, bapak-bapak membawa semacam kayu, bapak-bapak tadi tidak lain dan tidak bukan adalah bapak saya, beliau mencari saya dari tadi, katanya berputar-putar jalan kaki melewati jalan biasa yang saya lewati ketika berangkat dan pulang sekolah, Tanya sana-sini dan tidak ada yang tahu, aduh….. saya lupa jika harus bersiap sekeolah siang, saking asyiknya saya lupa waktu, bapak saya datang dan langsung menyuruh saya pulang, bisa dikatakan ini “saya di grebek” di rental PS waktu itu, sambil memukulkan kayu yang beliau pegang ke betis saya, beliau menyuruh saya pulang, tentu dengan PS masih menyala dan masih ada waktu sebenarnya, eman rasanya, tapi mau gimana lagi, ini bapak saya, saya tidak bisa berbuat apa-apa selain menunduk dan menangis, malu (rasanya) dilihat anak-anak lain di Rental PS itu, yaps… bapak saya memukuli betis saya, saya pulang tanpa alas, saking takutnya saya kepada beliau, saya lari menuju rumah yang jaraknya sekitar 200 meter dari rumah, sepatu dan kaos kaki ditinggal di Rental PS. Hm……. Ya Tuhan, sejak saat itu saya tidak pernah lagi untuk mau, atau mampir ke rental PS, tidak lagi menonton atau main, saya sudah tidak mau tahu, sejak saat itu, ketika waktu pulang, saya langsung pulang, makan dan bersiap untuk sekolah sore.

Kejadian itu selalu saya ingat sampai hari ini, jika ada yang bicara tentang PS, melihat tempat/rental PS dan sebagainya, ah entahlah…. Saya harus menertawai cerita dari kejadian ini, lucu, konyol, dan pada akhirnya, sampai hari ini saya salut,bangga, suka dan senang kepada apa-apa saja yang beliau ukir dalam hidup saya, dengan begitu meyakinkannya beliau membawa saya sampai dengan hari ini, beliau sangat berarti dalam petualangan saya ketika kecil, ah bapak… sehat-sehat ya pak.


Selesai, 
Malang 9 Mei 2017