Sore diteras rumah, 2 April 2020

Tak disangka, hujan menyapa dengan tergesa-gesa sore ini, bebunyian rintik hujan yang jatuh ke atap ikut bernyanyi-nyanyi menyusup ke telinga kanan dan kiri.

rumah ini semakin bising, walau sama-sama diketahui, suasana yang sebenarnya jauh dari kata ramai, didalam tubuh manusia-manusia masih tertanam kesunyian, ketakutan, ketidak digdayaan pada suatu keadaan di hari-hari sebelumnya bahkan sampai hari ini, frekuensi yang mewakili lantang, keras dan lembutnya bunyi tak lagi berpengaruh ditelinga manusia lintas kasta, semuanya serba ketakutan, bahkan untuk hal yang biasa sekalipun sesekali harus mengerutkan dahi dengan pucat diseluruh wajahnya.


Beberapa orang harus ketakutan ketika harus sampai dirumah, sedang yang lain ada yang harus menahan diri dari rasa khawatir, berdiam saja, mencoba menerima, mengikhlaskan sesuatu bernama waktu, yang seharusnya tak bisa diikhlaskan begitu saja, seolah menjadi sia-sia.

Beberapa orang sedang sayang-sayangnya, sayang dengan siapa saja yang mereka kenal, sayang dengan keluarganya, sayang dengan sekitar, sayang dengan sanak-familinya, dan untuk itu, ia rela merebahkan diri dimana ia ada sembari menolak untuk datang ke gubuk semestinya.


Semua orang sedang betah untuk di rumah akhir-akhir ini, segala hal-nya serba rumah, entah kegiatan apapun, Semua orang kembali ke tempat dimana mestinya ia berdiam, bersembunyi, berlari, atau bahkan berpura-pura sedang tak mengalami apapun, tempat pulang itu seakan menjadi pelampiasan dari segalanya, Rumah adalah jalan keluar dari diri yang terbiasa memungut sesuatu dari luar, semua orang kembali, ke sebuah nama yang disebut Rumah.

Semua orang berusaha tenang, berusaha untuk tidak panik, walaupun kita tahu, ia begitu panik, karena ia sedang panik, karena ia kepanikan itu sendiri, menganjurkan untuk santai dengan ekspresi wajah yang sebenarnya tidak pernah santai.

Semua orang sedang melawan intuisi, yang sebenarnya keadaannya tak sedang berkompromi, kini belum usai, kini semua berpesta dikejauhan, bercengkrama lewat layar kekinian, menyembuhkan luka dan lara masing-masing.

kita seharusnya dan tak selalu menangisi hujan, dibaliknya selalu ada, dibaliknya dingin membiaskan perasaan seumpama nyaman ter-nyaman ketika benar menikmati keadaan, ada rindu, ada syukur, atas nikmat, atas situasi manusia dan keadaan yang saling berkhidmat.

untuk itu,

Sudah seharusnya kita merayakan, hari dimana semua orang berbondong-bondong, menjadi terdepan untuk pulang, untuk kembali, ke Rumah.

Selesai.


[artwork] Single perdana dari Fajar Sandy - Kembali Ke Rumah,
artwork by. Nadira Ayu Safitri & Ricki Hartanto

Selamat merayakan dan menikmati harimu "Kembali Ke Rumah", and then, stream now and enjoy the song "Kembali Ke Rumah" by Fajar Sandy