"Jalan yang panjang hidup terjal mendaki
Tak bisa diam, tak akan bisa berhenti
Jalan yang panjang, hidup terus menunggu
Semoga banyak cinta dan keindahan, di depanku"

Iksan Skuter, Perjalanan

___________

Selamat hari minggu padamu wahai 'pilu', seleluarsa mungkin kuberikan saja kesempatan terindah buatmu memakan habis segala energi-energi bahagiaku.

2019 akan segera berakhir, kupikir aku pun sama.

Seperti biasanya aku tak bisa hidup tanpa hal-hal lalu yang menurutku sangat berharga, apalagi ketika kulihat dihari-hari ini, aku mengalun sendiri.

aku sedang mencari,
___________

Sudah agak lama tulisan ini tersimpan rapi dalam draft, sudah lama juga diam mengendap dalam lorong menuju pemberontakan pikiran, entah butuh berapa banyak bunga yang tak sanggup mekar tahun ini.

sedang juga dalam keadaan 'malu' pada kalian yang sering ku dengar ceritanya, aku bersimpuh malu, benar-benar malu harus mengatakannya, tapi tak ada daya lain selain menuliskannya disini, tak ada lagi, hidupku seolah sedang berhenti saat ini.

___________

Credits: Grid.id

aku hanya ingin menanyakan, sejauh mana kasih sayangnya sampai padaku, siapapun kamu, aku sering mendengarkan perkataan, aku menjalankan yang seolah 'perintah', aku yang sekarang seperti berdosa 'mengingatnya' di saat menjalankan apa yang memang bukan milikku, dan sebetulnya bukan menjadi kemauanku.

Karma dari kehidupan yang mana yang tega sampai memelukku dengan kejam dihari ini? yang mana?

aku belum menemukan jawabannya, tapi kupastikan sebelum sampai kutahu aku sudah memaafkannya, walaupun tak akan merubah duri-durinya, iya aku tahu.

Tahun ini kurasa sangatlah 'lelah', memang banyak hal yang kukerjakan ditahun ini, kebanggaan-kebanggan ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ dan seterusnya itu rasanya hilang begitu saja, tak bisa ditukar dengan rumitnya batin yang terus berselancar menuju otak imaji, mempengaruhi, menjadi-jadi.

barangkali hanya perasaanku yang merasa tercekik menjadi laki-laki 27 tahun (sepertiku), aku terus saja 'menjerit' dalam diam, berat sekali pundak ini Ya Tuhan.

"dan jari-jarinya menjadi pemalu, mulutnya sedang suka diam membisu". aku bergerak dalam posisi tak lagi bebas, melewati berbagai cara dan itu keadaan itulah yang seperti membunuhku perlahan, memang tak membuatku seketika mati, tapi kau tahu wahai pilu, ini kesakitan luar biasa, beginilah adanya,

aku dibuat seolah harus menikmatinya.

___________

Akhirnya aku hanya mengangguk-ngangguk tanpa jeda, menengadah jadi pelampiasan, mengembalikan segalanya pada Tuhan, tapi kupikir... aku siapa? apa segala masalah yang asal muasalnya dari Manusia harus 'seenaknya' dikembalikan pada Tuhan? sekali lagi, memangnya aku ini siapa?

Jawaban seorang teman memang melegakanku pagi ini, tapi tak cukup membendung segala yang ada dipundak untuk terus menekanku menjadi semakin kecil, semakin kecil dan semakin terbenam saja, dan menakar 'adaku', tetap membungkam mulut dari ketidakjujuran akan damai yang dicari.

Entah pada siapa lagi harus kuceritakan segalanya, berkilo-kilo 'unek' dikepala dan tentu saja hati ini, belum juga sempat kukatakan pada siapa-siapa, dan memang tak akan sempat, apalagi untukmu 'manusia' yang enggan percaya,

Jangankan percaya, tidak usah saja, kurasa kau tak akan tahu caranya, dan percayalah kamu sedang beruntung, tak ada penggantinya darimu, untuk sekarang tak ada 'manusia' yang sempat ku ceritakan, tak ada satupun, siapapun mereka dan kamu.

aku sedang bosan menjadi lelaki yang 'mengada-ngada' dengan 'adaku',

melelahkan sekali perjalanan yang terasa sangat panjang ini ya Tuhan. Aku sedang bosan bersikap setenang 'biasanya', biarkan saja pertahanan terakhir (tangisku) menjatuhkan perasaannya sejujur-jujurnya.

___________

Aku melihat aku, aku berbicara denganku, katanya aku sedang menyiksaku, katanya aku yang terus dikejar kesendirianku sendiri, katanya aku merasa sedang dan segera habis, dan masih belum ku mau.
___________

Akhir sekali aku masih aku, untuk isak tangisnya, biarlah jadi ritme yang menenangkan ketegangan raga, biarkan! aku belajar banyak dari takdir, kecewa, sedih, memikul, barangkali juga sembari melanjutkan perjalanan.

Jika ku mampu.