"Jangan sedih, 
Andai pasir, 
pun-tetap ada, 
Menari-nari disamping ombak, 
Melompat-lompat bersama angin,
Hiduplah dimana mestinya hidup,
Nikmati, pahami"

________________________

Selamat tanggal 24 Oktober ke-27, yang sekarang sudah (sangat) sering dipanggil Bapak oleh orang-orang sekelilingnya.
________________________

aku memulai dan menuliskan kata /kata pada tulisan ini tepat di tanggal 24 Oktober 2019 pada 23.34 WIB, menginjak umurku yang ada di angka 27 Tahun+

aku sangat-sangat berterima kasih pada Ibu, tentu adanya aku karenanya, sudah 9.862 hari yang lalu sejak atau bahkan sebelum ada nama "Fajar Ari Sandi Arifin", nama pemberian bapak juga, mengambil nama beliau juga "Samsul Arifin". 

Aku sangat-sangat berterima kasih pada Tuhanku yang memberiku waktu yang sangat berharga hingga sekarang, menghabiskan 236.688 Jam untuk belajar banyak hal hingga hari ini, memakan waktu 14.201.280 Menit sejak tangisan pertamaku terdengar.

dan aku masih Ada.

beberapa hari sebelum hari ini aku dan seorang teman sedang duduk disebuah cafe siang itu, berada di beberapa puluh kilometer dari Kota Malang cuaca disana sedikit panas, mungkin itu pula yang menyebabkan obrolan kami yang biasanya ringan malah sedikit berat, tapi tak apalah ya... kopi dan flu yang beriringan ini tetap ku nikmati sebisaku.

lantas pada sebuah bagian ia (seorang teman) melempar pertanyaan padaku, "apa yang menjadi perbedaan mas sandy yang dulu dengan yang sekarang?"
sedikit sulit menjawab secara lengkap, mengingat umurku dan umur seorang teman ini berjarak kurang-lebih 4-5 Tahun, aku takut interpretasinya berbeda, tapi sepertinya harus kujawab, oiya satu lagi yang kusuka darinya adalah selalu ingin tahu tantangan apa yang akan ia hadapi pada kemudian hari, selalu cerewet soal pandangan hidup, entah mengapa (menurutku) ia selalu khawatir dengan esok, tapi tak apa... itu wajar, dari pada menyepelekan esok, aku lebih suka orang yang memikirkannya dahulu sebelum sampai.


baik kembali ke obrolan siangku, jawabanku waktu itu adalah, "ya... semakin kesini, semakin tua, aku semakin tahu keadaannya, aku sadar betul, sudah pasti temanku akan semakin sedikit, aku bisa melihat ayahku yang semakin sibuk dan sendiri saat aku beranjak dewasa, aku pikir aku sama saja, dan kalau dulu aku tak pilih-pilih teman, sekarang justru aku diberi kepastian oleh Tuhan untuk berteman dengan siapa dimasa dewasa, seolah mendapatkan penglihatan baru, sudut pandang baru, ini teman yang akan pergi, ini teman yang akan selalu ada, ini teman yang bisa jadi selamanya, itu saja, selebihnya soal jiwa, masih sama.. aku berusaha Jiwaku agar selalu memiliki sifat jiwa muda"

________________________

Baiklah lupakan sejenak obrolan diatas, aku masih berpikir sepertinya aku butuh menulis lebih banyak perihal apapun setelah ini, tapi disaat yang sama aku pun sedang merasa tak perlu banyak yang bisa ku ceritakan pada hari-hari ini, entah mengapa aku menghabiskan hari dan lebih sering berkutat dengan "kesendirian" dalam menceritakan banyak hal (baik vocal/teks), orang terdekatku (istriku saja) sudah sangat jarang ku lempari permasalahan, bukan karena apa-apa atau ada apa-apa, tapi lebih kepada aku tak ingin menyiksa dan memberikan pekerjaan lain padanya (orang yang kusayang).

Aku lebih suka memberikan sesuatu yang menyenangkan, melempar candaan ringan (barangkali) untuk tujuan menebarkan kegembiraan untuk sekelilingku, untuk itu aku lebih suka 'memakan' sendiri hal-hal yang mengganjal pada setiap langkahku dihari-hari ini, menggunakan pertahanan terakhir yaitu 'tangisan' yang tak semua orang tahu (kecualiku), 

memang kuharap tak lebih dari itu.


[music working]
billboard.com

keterikatan hidup amat terasa saat dirunut, aku memang bernostalgi disetiap waktu, aku lebih hidup ketika mengingat beberapa episode dalam hidupku, dengan begitu, itu lebih mudah untukku, lebih mudah untuk berterima kasih kepada siapa saja yang peduli dengan caranya masing-masing, melihatku, memakiku, mendengarkan lagu-laguku, menangisi kisah-kisahku, bahkan kadang melampaui ke 'cengeng'an yang ku tunjukkan.

Terima kasih Tuhan, terima kasih untuk otot-otot yang memaksa bekerja setiap hari, hati yang selalu memaksa 'merasa' setiap hari, terima kasih untuk:
9.862 hariku
236.688 Jamku
14.201.280 Menitku
________________________

dan sampai pada bagian akhir setelah tulisan diatas, notifikasi whatsapp di smartphoneku menunjukkan ada pesan masuk, kurang-lebih beginilah isinya.

"Tidurlah, malam sudah gelap, kamu bukan robot, kamu itu lelaki pekerja, kamu butuh tenaga, istirahat ya.. "

[pesan dari seseorang untukku]
________________________


Aku hanya bisa berterima kasih, terima kasih, selamat malam.



Malang, 24 Oktober 2019

Selesai