Teras rumah, pada suatu malam, aku lupa hari apa, yang jelas malam itu duduk disana anak laki-laki (beranjak dewasa) yang bernama Michelle Brilly (Brilly), dan aku sendiri, Fajar Sandy.

Sambil menikmati kopi hangat pada gelas masing-masing kami berdua pun bercengkrama santai, awalnya Brilly datang kerumah hanya sekedar silaturrahmi, kebetulan rumah kost brilly berjarak cukup dekat rumahku.

Pukul 22.30 WIB kami masih segar-segarnya, kebiasaan lama hingga kini, pukul 10 Malam di Malang itu seperti pukul 7 Malam 'kalo' di Malang. hahaha.

Pembahasaan seputar 'movement' musik menjadi hal yang biasa kami berdua lakukan, namun berbeda kali ini, curhatan Brilly akan jauh dari apa-apa yang dibahas sebelumnya, dan dari sini aku tahu, bagaimana 'Keras Kepala' seseorang jatuh pada cinta yang menurut orang lain itu tak lagi di butuhkan.

Cinta yang diberi nama Sepak Bola.

Loyalitas suporter sepak bola menjadi 'kambing hitam', itu semua karena pergeseran sebuah makna cinta terhadap sepak bola itu sendiri.

Aku suka Persija sejak lama, bahkan sejak 2001 (kalau tidak salah), bersama kakek (mbah depan rumah) yaang sangat 'Gila' terhadap sepak bola nasional maupun internasional, sejak saat itu aku jadi sering nonton sepak bola lewat layar kaca, aku ingat betul pada masa itu Bambang Pamungkas sedang produktif dimasa muda dengan skill dan goalnya, bahkan ia menjadi pemain terbaik liga Indonesia kala itu bersama Persija, sejak itulah aku suka segala hal tentang Bambang Pamungkas (khususnya) dan Liga Indonesia (Umumnya).

Tapi yang akan dibahas dalam tulisan ini bukan tentang Persija, klub kebangaanku sejak kecil itu, bukan juga membahas Bambang Pamungkas, tapi membahas seputar loyalitas dan sepak bola, serta terciptanya Harapan-harapan baru untuk sebuah kejayaan sebuah klub sepakbola.

Baiklah, Selamat membaca

Indonesia dan Sepak bola sedang bersedih, kebetulan juga memang pada saat itu ada kasus kematian suporter sepak bola asal Jakarta (Jakmania) yang harus 'lepas' nyawa distadion GBLA atau Si Jalak Harupat, aku sedikit lupa, tapi itu terjadi di stadion markas PERSIB Bandung.

Ketika itu aku memang tidak berminat sama sekali untuk membahas sepak bola, bahkan terlanjur 'kesal' benci dengan apa yang terjadi dalam sepak bola dalam negeri atas apa yang sudah terjadi atas nama loyalitas, tapi lebih daripada itu, sudah tidak ada hal membanggakan yang bisa dinikmati dan dicerna otak kiri atau kananku sebagai penikmat sepak bola dalam negeri, dan barangkali itulah juga yang dirasakan Brilly.

Brilly dengan movement sederhananya dan Persekabpas

Brilly teramat sedih dengan keadaan Persekabpas, klub sepakbola legend asal Pasuruan yang sempat merajai sepak bola Liga pada beberapa tahun yang lalu, menuju hari ulang tahunnya Persekabpas sedang puasa kabar, baik itu lewat media lokal ataupun nasional, bukan karena apa, tapi memang Persekabpas ada diposisi 'ter-dalam' kasta Liga Indonesia. belum lagi (menurut Brilly) urusan suporter pendukung yang (saat ini) cenderung lebih condong dan lebih bangga mendukung Persebaya (klub asal surabaya) harus menjadi perhatian khusus, walaupun sama-sama kita tahu, itu hak masing-masing, tapi apakah 'layak' seperti itu?, sebenarnya, ada apa dan bagaimana?.

"Ingin rasanya melakukan banyak hal untuk kemajuan sepak bola pasuruan, minimal membangkitkan rasa bangga terhadap sepak bola Pasuruan, peduli", curhatnya, atmosfer yang dulu ada memang sudah pasti dirindu, masa-masa jaya yang pernah ada di dada suporter Persekabpas memang lama ditunggu, aku membaca seperti itu.

Ide untuk memberikan perhatian lagi, menggairahkan lagi dunia suporter sepak bola dan pecinta sepak bola Pasuruan menjadi harapan Brilly malam itu, curhat dengan sumpah serapah atas kondisi yang ada membuatnya seperti lupa bahwa dia dan aku (berdua) bukan apa-apa.

"Ngoceh sampek pagi-pun takkan merubah apapun", bukankah begitu

aku hanya 'nyeletuk', buatkan lagu saja untuk Persekabpas 'brill', kalau bukan kamu siapa lagi, biar 'gairah' suporter untuk mendukung Persekabpas minimal seperti lahir kembali, ucapku. yaaaa.... seperti halnya yang sudah kulakukan untuk Persija, datang ke GBK tak mungkin bagiku, tapi menunjukkan rasa bangga dan kecintaan lewat apa saja itu sangat mungkin bukan, termasuk lewat lagu.

kami (berdua) terutama Brilly sudah seharusnya sadar diri, power yang kita miliki saat ini ya 'hanya sebagai musisi', kampanye kita tidak dipemilu, suara terbaik kita ada di musik, bukan protes dengan kertas poster layaknya mahasiswa yang suka orasi.

Untuk itu kami putuskan memulai lewat apa yang bisa dilakukan, salah satunya adalah membuat lagu untuk Persekabpas di hari ulang tahunnya (tahun 2018).

Itulah mengapa malam itu kami putuskan menulis lagu bersama, aku pribadi sama sekali tak tahu Persekabpas dari segi historis sebenarnya, maka dari itu ku tulislah lirik-lirik rekaan yang menjadi harapan Brilly pada Persekabpas sebagai pecinta sepak bola, lirik-lirik 'rindu' kejayaan Persekabpas untuk segera bangkit dan kembali menjadi Tema lagu itu.

Secepat kilat aku menulis langsung apa yang disampaikan Brilly, begitupun respon Brilly temanku itu, Voice Recorder aplikasi dalam hpnya itu sangat membantuku mengingat lagu-dan rangkaian liriknya, bahkan ia membantuku menyusunkan rangka lagu, bagiku ini malam yang luar biasa, menciptakan sesuatu yang tak terduga, lewat cara yang tak biasa, juga perasaan yang tak biasa.

Pada akhirnya lagu itu direkam langsung oleh Eka Catra sebagai Music Enggineer dari Creatorikos, dibantu Risandy Eka dan Bayu Anggara sebagai Music Director, dibantu Mukti Irianto sebagai Vokalis, dan Ganesha Solomon pada Drum.

dan tanggal 28 Agustus 2019 kemarin lagu itu resmi dirilis, tepat setahun setelah lagu itu ditulis, padahal rencana awal, lagu itu adalah kado untuk Persekabpas diulang tahunnya tahun lalu (2018).

tapi bagaimanapun rasanya ikut bangga ketika melihat antusiasme teman-teman komunitas di Pasuruan dan rekan yang membantu terciptanya movement sederhana itu (kata brilly).

akhir kata ku ucapkan selamat untuk Brilly atas resmi rilisnya lagu "Jayamu Kembali".

Semoga lagu "Jayamu Kembali" menjadi pelecut terciptanya atmosfer suporter yang sehat di Pasuruan, lebih kreatif dan tidak buta dalam menunjukkan rasa cintanya.

Credits: • Audio Production

Song title : Jayamu Kembali Song by : Michelle Brily & Fajar Sandy @fjrsandy Music Director : Risandy Eka @risandyeka , Bayu Anggara @boombay_ Record label : Creatorikos @creatorikos Year : 2018 .

• Visual Production by : EastDesire Visual Director : Michelle Brily Cinematography : Marco Naser @marcnaser_ Talent : B.E.N.D.O.T @bendotraharjo Production Team : Erlanggi @erlanggi_random , Fajrul F.M @fajrulfm