Tapi itu dulu, cerita itu ketika Raja masih awal-awal berada dibangku kuliah, ketika keduanya (Raja dan Rosie) masih sama-sama menjalani takdir yang memaksa mereka beranjak, namun melangkah sendiri-sendiri, menuju dewasa dengan cara mereka masing-masing, tahun 2011, ketika keduanya tak saling tahu apa perasaan mereka, diantara keduanya yang saling tertutup, kenyataan Raja memang menyukai Rosie, dan tentu saja masih sama, Rosie pun demikian, yang terjadi diam-diam mereka berdua lebih tepatnya merasakan “cinta dalam hati” saja, saling membatasi diri untuk sekedar suka dan terpaksa memasang senyum malu-malu ketika bertemu, tapi itu dulu!.

Dan 2 Tahun sudah mereka tak saling bertemu, Raja sudah berkali-kali berganti hati, tapi Rosie hanya satu. Yang mati bisa saja akan kembali lahir, yang bepergian-pun suatu saat akan pulang, mungkin tak sama lagi, mungkin bisa saja ia bawakan oleh-oleh berbentuk sesuatu yang lain, dan yang pasti tak akan hilang, soal cinta, rasanya “masih sama”. Seseorang yang jauh-jauh pergi bahkan tanpa kabar sekalipun bisa saja kembali pulang, dan membawa kehangatan, dendang kedekatan mungkin akan kembali datang.

Tahun 2013, 2 Tahun setelahnya, suatu ketika, disebuah acara yang sama, ia (Raja) bertemu dengan Rosie, kakak tingkat perempuannya dulu, perempuan yang 2 tahun yang lalu diam-diam ia kagumi juga, sebagai adik tingkat Raja pun tahu diri, dia masih ingat, dulu, ini bagai memeluk bulan bukan, atau meraih bintang ketika tidur sambil merasakan nyenyak di tenggelamkan malam, dan mimpi-mimpinya ter-indahkan, ia tak mungkin mengungkapkan suatu hal yang mustahil menurutnya, apalagi mengungkapkan cinta pada perempuan yang lebih tua darinya. Disisi lain, Rosie juga tak bisa berbuat banyak, 2 tahun sudah hanya begini saja, berulang kali didepan Raja, ia memilih diam dan menikmati rasa cinta dalam hatinya, hanya bisa mencuri-curi sedikit waktu untuk sekedar bertemu dan sekedar melihat Raja dari kejauhan jarak dikenyataan, dan tentu saja mereka sebenar-benarnya dekat, mungkin tlah berjarak sejengkal, dalam lingkaran perasaan.

Malam natal di sebuah hotel di Kota Batu, Malang, sejenak biar waktu yang menjelaskan, biar gerak-gerik mereka yang meyakinkan, kembali pada suatu malam pada bulan desember 2013, berada dijurusan kuliah yang sama membuat mereka bertemu dalam satu tugas yang bersamaan pula, Rosie adalah mahasiswa Tari, dan Raja mahasiswa music, waktu itu Raja menjalani tugas sebagai crew dokumentasi, ia diajak oleh teman dekatnya, ia.. teman dekat, sekaligus hati lain yang juga sempat mewarnai hatinya, menjadi pemeran utama dalam lagu-lagunya, dia adalah Merah, “Merah adalah panggilan sayang Raja pada teman dekatnya itu”, ia mahasiswa konsentrasi Tari, perempuan cantik asal Trenggalek Jawa Timur ini se-angkatan dengan Raja, ajakan Merah mendadak memang, pada siang harinya, Merah meminta Raja untuk membantu tugas Merah, “Bobi, nanti malem bantuin aku ya, aku ada event, fotoin doang, dokumentasi tari, mau ya bob”, Merah mengirimkan pesan pada Bobi (panggilan Merah untuk Raja), Raja pun mengiyakan, selain memang berjanji akan membantu sebelumnya, Raja sudah pernah berterus terang tentang ketertarikannya pada Merah. Ngomong-ngomong, laki-laki mana yang berani menolak permintaan perempuan yang disukainya? Jika ada laki-laki yang menolak untuk ini, mungkin dia bukan laki-laki, atau jika dia laki-laki, mungkin ada sedikit mental berwarna pink dalam hatinya. Ah, Sudahlah.. , Raja memang tak bisa berbuat banyak, Merah punya laki-laki yang sudah ia pilih untuknya, hingga membuat Raja dan Merah hanya menjadi teman dekat, dan bahkan sampai akhir cerita ini, mungkin masih sama.

Lupakan sebentar daging kecil milik perempuan bernama Merah.

Kali ini Raja benar tak tahu jika ia akan bertemu perempuan bernama Rosie malam ini, setelah ajakan Merah siang itu, malam harinya mungkin akan menjadi malam yang istimewa, dengan keadaan yang dalam tanda kutip sangat menguntungkan untuk kedua orang yang sebenarnya sudah lama, diam-diam saling menyukai satu sama lain, Raja dan Rosie, dua orang yang memang beruntung pada waktu-waktu ini, dengan ruang kesempatannya masing-masing. Suasana dingin sangat terasa dihotel ini, kebetulan juga, hotel ini berada di perbukitan Kota Batu, sebut saja Jambuluwuk, mungkin juga malam yang diharapkan jangan-lah hujan, sedikit saja untuk mereka berdua, diatas sana langit sudah memberikan space pada bulan untuk menampakkan wajah lapangnya kepada orang-orang diplanet ini, keduanya amat menikmati perannya masing-masing, Rosie yang tahu bahwa juru dokumentasi (fotografer) untuk ujian satu mata kuliahnya ini adalah Raja, Rosie pun seakan punya energy baru, tentu saja sangat bersemangat, begitu juga sebaliknya, Raja pun tak kalah, ia mengambil kesempatan dan antusias juga, melaksanakan tugas sekaligus menikmati kesempatan pertemuannya dengan perempuan yang ia kagumi ini, (dulu).

Pada sebuah sesi foto sebelum ujian berlangsung (Rosie perform), Raja pun dengan serius membidik angle terbaik untuk mengambil gambar Rosie, berganti tempat sana-sini, sepertinya seluas halaman dan ruangan (spot terbaik) pada sudut-sudut hotel ini akan termakan habis oleh keduanya, begitu juga sebaliknya, Rosie sangat enjoy memberikan dan menunjukkan sesuatu untuk waktu yang sebetulnya ia suka ini, bahkan sempat di malam itu tak sungkan Rosie meminta untuk mengajak Raja foto dengannya, “eh .. ayo .. yang moto sekarang foto sama aku nggak apa-apa, mau ya?”,Rosie melemparkan sedikit senyum untuk ini, mungkin Rosie juga mengambil kesempatan ini untuk basa-basi, tapi bisa juga tidak, tingkahnya itu juga menjadi kesenangan untuk Rosie, dan berharap ada sesuatu, berharap Raja mau untuk sekedar foto dekat dengan dirinya yang sudah siap berkostum tari Bali untuk performnya malam ini, Raja ragu pada awalnya, namun jawaban Raja tentu mudah ditebak, Raja tak bisa dengan mudah menolak nya.. ia pun meyakinkan diri, “ah.. kapan lagi”, mengangguk, lantas meminta tolong Merah untuk mengambil 1-2 buah jepretan untuk ini, “ayo bob, tak fotoin”, Merah membantunya dengan cepat, kedekatan Raja dan Rosie tak terbendung, sangat terasa ketika berjejer dilorong sebelah selatan hotel ini, sikut mereka sesekali bersentuhan, seakan memang berjodoh untuk beberapa detik saja, keduanya saling merasakan apa yang sebenarnya ada pada diri mereka masing-masing, perasaan penasaran bukan?, semua berjalan dengan santai disini, dan tentu saja, sampai malam ini tak ada yang tahu mengapa dan bagaimana bisa se-malang ini nasib mereka.

Sebelum Rosie Perform, tepat di backstage, sesekali Rosie curi-curi pandang pada sudut dimanapun Raja ada, secepat kilat tatapan matanya sampai untuk memandangi Raja yang masih sibuk dengan kamera DSLR-nya itu, sebaliknya, seakan sama-sama terikat dengan sinyal yang sama kuat, Raja dengan cepat, sadar akan hal itu berinisiatif mendekati Rosie, lantas mengajaknya berbincang-bincang, menanyakan kabar Rosie, berbicara ini-itu dengan topic yang sebenarnya tak penting untuk tugas mereka malam ini, tapi menyenangkan untuk mereka berdua, Raja yang sempat melihat beberapa gelas kopi hitam yang berjejer diatas meja itu, ah .. tak lagi menarik untuknya, tak mampu memindahkan perhatiannya, hanya wajah Rosie, untuk malam ini saja, melupakan kopi-kopi itu sementara waktu taka da ruginya, setidaknya Rosie (wanginya) menggantikan sejenak, akan membekas beberapa saat, malam ini hangat, dan terasa sedikit lambat bagi mereka, hingga semuanya selesai, tak banyak yang tahu, bahwa mereka berdua saling suka, hanya mereka berdua, Raja dan Rosie saja, semuanya memang hanya tersirat dari tatapan mata mereka, gerak-gerik mereka, tak ada yang berani menyuratkan perasaan masing-masing, tak ada yang berani mengungkapnya terlebih dahulu.

Malam itu menjadi pertemuan yang malang benar, kedekatan mereka berdua, bahkan malam itu bisa jadi adalah pertemuan pertama dan terakhir mereka dengan status mahasiswa-mahasiswi, kakak-adik tingkat yang sama-sama menjadi pengagum dalam hati mereka sendiri.

Bersambung...