Entah kapan lagi mereka bisa
berjumpa dengan suasana santai untuk sekedar bicara, ya bicara apa saja,
basa-basi tentang daun kering
misalnya, atau suasana-suasana sepi untuk Raja kali ini (mungkin), Raja tak tahu kabar
Rosie setelah perjumpaan hangat di Kantin yang di tutup lambaian tangan dan
senyum Rosie pada Raja diparkiran itu, tak tahu sedikitpun, Rosie tak pernah
membalas pesan, pesan apapun dari Raja.
Cinta,
beberapa orang menganggapnya adalah sebuah tantangan, cinta mengajari bagaimana
bersikap menjadi orang yang tak “bertele-tele” didepan orang yang memang ia
sukai, sedang lainnya mengabaikan, bahkan tak jarang ada yang sengaja
berpura-pura “tak tahu” jika ada yang memperhatikan dari dekat, tapi karena itu
semua kemudian orang itu menyesal ketika melewati masanya, menyadari ia tak
memiliki cinta yang seharusnya ia peluk di waktu-waktu yang sudah terlewat
sebelumnya.
(Raja dan Rosie).
Raja menjadi manusia pendiam
saat ini dan setelahnya, ini mungkin menjadi kesakitan pertama kali untuknya
dalam mencinta, bukan berarti sebelumnya tak pernah, tapi mungkin lebih greget pada saat-saat bersama Rosie,
cintanya tak pernah sampai secara lisan, bahkan Raja juga tak sempat mengukur seberapa
besar rasa yang ia pendam, juga tak tahu seperti apa perasaan Rosie padanya,
namun ia tahu, kini ia merasa menyesal telah melupakan Rosie diberbagai kesempatan, Raja seperti
bukan laki-laki untuk urusan perasaannya
dengan Rosie, bukan Raja seperti biasanya, menunda untuk mengungkapkan perasaan
ternyata menyakitkan untuknya.
Kini ia tahu “waktu” tak lagi
berbaik hati pada perasaannya (Raja), Rosie sepertinya sudah tak bisa diharapkan
lagi, setelah pertemuan terakhir di Kantin yang membahas foto-foto itu, setelah
pernyataan Rosie yang membingungkan, mengenai pertanyaan “pacarmu kemana?” itu,
Raja berusaha mencari tahu status kakak tingkat cantiknya itu dengan
menghubungi orang mereka kenal lewat pesan-pesan di social media, “Rosie tinggalnya dimana?”, ada yang
menjawab, “buat apa kamu Tanya-tanya
dia”, oke, mungkin Raja memang tak berhak menanyakan apapun, sebelumnya Raja
bukan siapa-siapanya Rosie, Raja pun membalas “nggak apa-apa, Cuma pengen tahu aja, punya pacar?”, temannya
membalas, “sudah.. kamu tidak usah mikir
aneh-aneh, Rosie sepertinya sudah menikah, dia mungkin di Kediri (tempat
asalnya)”, membaca pesan itu Raja pun terkejut, “what?”, Raja menepuk jidatnya kencang, dalam hati ia berkata, “Ya Tuhan … jadi?“.
Lantas selanjutnya yang
terjadi padanya, membuatnya sedikit berantakan, berantakan lahir-batin, kali
ini ia betul merasakan sedikit sakit pada daging yang disebut hati itu, Raja
membuka foto-fotonya lagi, seakan tak percaya bahwa perempuan cantik dari
Kediri itu sudah menikah, baru kemarin ia merasakan nyaman bersamanya, "pantas ia tak mau menjawab pertanyaanku mengenai statusnya", pikirnya dalam hati, folder
yang Raja buka sekarang ini, berisi foto-foto Rosie, itu mungkin tak akan ia
hapus, entah sampai kapan, mungkin juga tak akan pernah, memori dalam otaknya
juga pun tak akan bisa menghapus secepat kilat, meskipun ia tahu ia tak bisa
berbuat apa-apa kali ini.
Baiklah, Raja putuskan untuk terakhir kalinya,
mencoba mengirimkan pesan kepada nomer Rosie yang sebelumnya not responding itu, sampai beberapa jam
setelahnya, ah … belum juga ada jawaban,
belum juga ada balasan dari Rosie, Raja hanya sekedar ingin melihat beberapa
kata balasan yang memang tidak penting itu, berharap Rosie benar-benar membalas
pesannya seperti ketika sebuah pagi yang memaksanya tak menikmati kopi dan
lagu-lagu kesukaannya dengan nikmat kala itu, Karena harus menemui Rosie
dikampus, nyatanya sampai puluhan jam terlewat, Raja tak mendengar kabar apapun
dari Rosie, sepertinya benar apa yang dikatakan teman Rosie, “buat apa kamu Tanya-tanya”, hm ….
Kepalanya mendadak berantakan
benar, tinggal sunyi dari ruangan kamar itu bersama hatinya, dan tinggal bising
sekedar bising lewat telinganya, keadaan riuh kota hari ini diluar sana tak merubah segumpal pikiran bernama Rosie, ia putuskan
menutup laptop, dan berpura-pura tak peduli lagi, ia merebahkan badannya ditempat
tidur, sedang pikirannya mencoba berlari sekencang mungkin, berlari dari hal yang
amat membingungkan, dari perempuan bernama Rosie yang benar tanpa kabar itu, dan
dari perasaan yang masih terlihat buntu ini, sesekali ia menunjukkan
kekesalannya, kesal mengapa ia amat “telat” untuk merasa, sedang jelas ia kagum
sebelumnya, kesal mengapa Rosie membuatnya sangat nyaman dalam beberapa kali
pertemuannya, dan membolak-balikkan hati Raja, perempuan itu sudah “tak bisa”, perasaaannya saling sahut
menjawab teka-teki kesedihannya yang amat aneh ini, “Rosie bukan siapa-siapamu, lantas apa yang kamu sedihkan?”, “lagi pula dia sudah jarang kuliah, dan kamu
memang akan tak bisa menemuinya lagi”, “mungkin dia sudah bahagia dengan
laki-laki yang ia pilih”, otak Raja mengajak untuk menguraikan beberapa penjelasan,
sekaligus hatinya juga menggambarkan penyesalan, “kenapa tak dari dulu”, “kenapa
baru bingung sekarang, kenapa baru sadar sekarang?”, logika dan hatinya
sepakat untuk sama-sama satu arah atas ini semua, membolak-balikkan beberapa
pemikiran dan hati Raja, membuatnya dalam kondisi amat menyedihkan untuk
pertama kali bersama “cinta yang tak sampai”.
Bersambung...
0 Comments