“10 menit lagi aku disana …”, begitulah pesan Raja sebelumnya, setelah Rosie
mendapat kepastian dari Raja, pada bagian selanjutnya, 10 menit diwaktu
seterusnya ini menjadi waktu yang lama dan amat menggemaskan untuk Rosie, sejauh
ini, ia sudah menunggu, berapa lamapun waktunya, bahkan jika harus lebih, sisi dan
pori kecil mata kecil hingga hidung mancung Rosie pun akan mengiyakan untuk
menunggu Raja dipojokan Kantin ini.
10 menit yang menjadi bibit
Rosie untuk berpikir sejenak, sambil meminum sedikit demi sedikit teh yang
mulai dingin itu, ia kembali menghela nafas, berpikir tentang Raja, ia berpikir
beberapa hasrat yang ia pendam dua tahun yang lalu, bagaimana ia pernah
memperhatikan dengan seksama, benar ia adalah Raja, laki-laki keren dengan
keahliannya bermain gitar itu ketika tampil, bahkan videonya ia simpan sampai dengan hari
ini dilaptop pribadi miliknya, dijadikan bunga-binga tidur bahkan.
Dan
sebaliknya juga, telinganya amat lesu ketika mendengar tentang beberapa hal
yang ia tahu bahwa kenyataannya Raja sudah mempunyai kekasih yang ia pilih, seakan
tak percaya ketika mendengar kabar itu Rosie menutup mata dan menutup
telinganya sebentar, dan berandai-andai ia tak buru-buru sehingga berpura-pura
tak tahu bahwa ia telah mendengar kabar
kurang mengenakkan untuknya itu.
Sekarang di Kantin CSR, bulu-bulu
kecil di tangannya ikut berdiri mengiringi pikiran sedikit kacaunya, *kring..
HPnya bordering, ada pesan masuk, tapi Rosie tak membuka pesan masuk di hpnya itu, Rosie sekarang sadar
dari lamunan kecilnya, suasana ruangan ini sejenak seperti berhenti menantikan
seseorang, mata Rosie kesana-kemari menembus pandangan mencari Raja.
10 menit yang menimbulkan
beberapa pertanyaan besar, tapi juga fantasi yang sedikit menyenangkan
untuk Rosie kali, setelahnya bagaimana raut wajahnya ketika Raja datang,
Rosie berpikir ulang, apa yang akan dibicarakan nanti, dengan cara basa-basi
seperti apa agar Raja bisa lama disini, Rosie terus menggali, mencoba berpikir.
Di ujung sana.. Raja merasa
waktu sudah mepet, ia merasa ditunggu
disana, Raja hanya sempat cuci muka dan menyeruput sedikit kopi pertama yang hangat
itu, tentu ini sedikit gagal ia nikmati hari ini, tapi tak apa, ia begitu
bersemangat bukan, bergegas menuju kampus dan tak sabaran juga bertemu dengan Rosie,
memasukkan laptop tanpa sempat di shut
down itu mana ia pedulikan, ia mengambil sepatu warna merah kesukaannya, tak
lupa merapikan rambut mowhak nya
dengan jel rambut kesukaannya pula, ia pun
berangkat secepat mungkin, gas saja, ia juga tak berharap apapun kepada Rosie nanti,
sepanjang jalan ia hanya mengenang beberapa tahun yang lalu mengenal dan
melihat perempuan bernama Rosie itu dari kejauhan, kakak tingkatnya yang
cantik, jangankan untuk bicara, tak sengaja bertemu pun Raja sedikit canggung waktu
itu, konyol rasanya, Raja tersenyum sendiri diatas motor pacunya.
Bagian dari sebuah rasa yang
disebut cinta (mungkin), Raja memang tak bisa dipaksa untuk membuang jauh
beberapa benih dalam hatinya, tapi menyimpannya rapi dalam kenangan mungkin bisa
menjadi sebuah kebahagian untuknya. Raja membelah jalanan sigura-gura siang
ini, macet, panas, dan dipikiran Raja, roda motor ini harus berputar,
mengantarnya menemui Rosie, secepat mungkin!.
Rosie tak sabar pula, semakin
sering dia melihat pintu masuk barat kantin ini, Raja tak kunjung datang, “ayo lah Raja, seperti apa wajahmu sekarang,
datanglah secepat mungkin, duduklah disebelahku, sebentar saja, aku ingin,
sangat ingin!..”, pikirnya dalam hati.
Selang beberapa saat Raja pun
datang, tapi Raja datang lewat pintu belakang kantin, sebelah timur, lewat
gedung dalam Q3, laki-laki yang ditunggu Rosie ini mendadak bingung, Rosie
dimana?, ah .. dalam sekejab matanya sampai pada Rosie yang ada di meja pojok
sebelah barat itu, Rosie pun yang mengetahuinya, langsung memanggilnya, “hei.. sini..”, melambaikan tangan, Raja
pun tersenyum dan menghampiri Rosie, Rosie mengulurkan tangan untuk sekedar
berjabat tangan dengan Raja, hangat sekali pertemuan mereka, seperti teman lama
yang beberapa tahun tak bertemu, “halo,
apa kabar Rosie?, maaf membuatmu lama menunggu”, sapaan pertama dari Raja
itu membuat Rosie sedikit terdiam, benar-benar berbeda dari beberapa tahun yang
lalu, Rosie berbicara dalam hati, dia dulu cuek banget bukan, jangankan untuk
menyapa atau menanyakan kabar, untuk menoleh saja susahnya bukan main, Rosie
kembali dari lamunan, ia menjawab, “baik,
kamu baru bangun ya, pesen kopi dulu gih sana”, Raja balas “iya, tahu aja kalo aku suka kopi..hhe”,”tau
lah, siapa yang gak tau kamu, maksudnya, tau kesukaan laki-laki, anak musik,
pasti kopi”.Rosie mengakrabkan dengan suasana siang ini.
Sambil menunggu pesanan kopi
Raja, Raja mengeluarkan laptopnya dari tas berwarna ungu miliknya, laptop yang
lupa di shut down karena
terburu-buru, tak butuh booting lama, kursornya langsung menuju ke folder
tumpukan foto itu untuk ditunjukkannya kepada Rosie.
Mereka membuka obrolan, seputar
pertemuan mereka beberapa waktu yang lalu menjadi bahan utama kali ini,
sesekali Rosie tertawa melihat foto-foto yang ditunjukkan Raja pada Rosie,
jumlahnya puluhan, tapi ia tunjukkan beberapa yang menurutnya bagus, tapi Rosie
yang ingin Raja betah atau nyaman disini, Rosie balas dan memberikan pendapat
semua hasil foto karya Raja terbaik, Rosie berkata, “oh ya, aku suka yang ini”, sambil mengarahkan telunjuk tangannya ke arah gambar yang diambil
di halaman selatan hotel Jambuluwuk itu, lengkap dengan landskap pemandangan
malam kota batu dengan lampu-lampunya, dan bulan sebagai baground pemanisnya,
pertemuan mereka lebih baik dari sebelumnya, keduanya kini nyaman dengan
suasana pertemuannya, Raja pun berpikir dalam hati, memang benar sih, yang ini
bagus, “sayang sekali ya, kemarin-kemarin
itu waktunya dikit, tau gitu aku juga bawa lighting tambahan sendiri, pasti
lebih keren”, Raja berkata meyakinkan, Rosie seksama memperhatikan, sambil
tersenyum juga dalam hatinya, telinganya mekar juga akhirnya melihat Raja
berbicara banyak.
Hampir 20 menit berlalu,
terlewat dan sejauh ini tidak ada yang
bisa menahan kegembiaraan hati mereka kala bertemu, ini menjadi apa yang
sama-sama mereka harapkan (Sebenarnya).
“Lee… kopimu..”, ibu kantin membelah keasyikan mereka sejenak, Raja
segera mengiyakan, “iya bu, makasi”
.. Kopi pun datang, mereka melanjutkan obrolan dan candaan mereka kembali,
berbeda lagi, “btw kenapa dateng sendiri
kesini?”, sambil memandangi dan memegang hangat gelas kopinya, Raja
bertanya, Rosie menjawab dengan tegas, “ya
pengen aja, kan mau nemuin kamu”, Raja balas, kepalanya terangkat dari
pandangannya ke gelas kopi tadi, dan mengalihkan pandangannya ke wajah Rosie, sedikit kaget, “lah, kalo ketemu aku memangnya kenapa Rosie?”,
sampai pada mata mereka bertemu, tapi malah Rosie balas menggoda Raja yang
terpancing omongannya itu, “ya eman kalo
aku ngajak temen-temenku, nanti kamu
malah ngobrolnya sama mereka, bukan sama aku”, Raja yang bingung juga
balas, “hallah, bisa aja ah kamu, hm”,
lanjut mereka berdua tertawa, mencairkan suasana yang arahnya tak tahu mau
kemana ini.
Setelah mengobrol tentang
pertemuan di Hotel itu dan sempat mengcopy beberapa foto, Raja dan Rosie. sudah
hampir satu jam mereka disini, tapi terasa sebentar sekali, waktu berjalan
sangat cepat, entah.. tiba-tiba saja Raja nyeletuk bertanya, “pacarmu kemana?”, Rosie menatap Raja dengan serius sekarang, “kenapa Tanya pacar?”, “nggak apa-apa sih, kan cuma tanya aja,
iseng.. hehe”, timpal Raja, mengangkat kedua alisnya dan memalingkan pandangan. “Kalo
pacarmu kemana Raja?”, Raja pun tak mau kalah, membalas obrolan awal, malah
menjawab seolah meyakinkan, “pacarku yang
mana emang? Yang disana, disana .. atau disana?, hha .. bercanda ya Rosie”,
Rosie balas tersenyum menatap tajam ke arah Raja yang bercanda terus menerus
sedari tadi, “ah sudahlah, terserah pokok
kamu disini aja lo ya, jangan kemana-mana!. Hha ”.
Dalam hati Rosie berpikir, bukannya
tak mau menjawab cletukan Raja sih sebenarnya,
tapi jika menjawab sejujurnya malah akan membuat tak nyaman segala
obrolan dari awal sampai dengan sekarang ini, memecah kesenangan ini pada
sebuah jawaban yang akan menjadikan suasana monoton, Raja yang melihat Rosie
terdiam, lantas menunduk dan juga berpikir aneh-aneh, ia amat takut kali ini,
merasa ada yang salah dengan pertanyaannya, atau dengan candaannya kah, tapi
Raja tak khawatir, sejauh yang ia tahu, perempuan kalau ditanya pacar tak
menjawab, atau mengalihkan, biasanya ia sedang jomblo, tapi tatapan mata Rosie
tadi itu amat menimbulkan tanda tanya dengan status Rosie, tak biasanya juga,
dari satu dua tiga sampai puluhan sekalipun perempuan yang ia temui, Raja
selalu mudah menebak perempuan itu sudah punya pacar atau belum, tapi kali ini
… malah membuat Raja semakin berpikir, menabak kesana-kesini, atau jangan-jangan
Rosie sudah bersuami? Seperti beberapa teman-teman se-angkatannya yang sudah
banyak ber-suami. Ah Raja memutuskan dalam hati, bahwa sampai kapanpun Raja
hanya bisa menebak-nebak jika Rosie tak memberi tahu sebenarnya, dan ia juga
tak akan bertanya lagi mengenai statusnya, biarlah.. waktu yang menjawab.
waktunya berpisah, dua jam sudah mereka bercengkrama, Rosie berpamitan, “sampai jumpa ya Raja, terima
kasih semuanya”, terima kasih untuk apa Rosie, "aku belum memberikanmu sesuatu
apapun", "ah tidak, kamu menyenangkanku kali ini, terima kasih, aku sudah banyak
tertawa lo hari ini, sekali lagi terima kasih ya Raja, silahkan dilanjut
kopimu, aku duluan ya Raja", Raja balas, "oke kalo begitu, hati-hati ya, dan terima kasih
Rosie, kapan kita akan bertemu lagi?" Rosie terdiam, sejurus kemudian ia berkata, "entah, aku belum tahu kapan bisa menemuimu lagi,tapi aku akan berjanji, jika
ada waktu, kita akan bertemu lagi.", sambil berjalan keluar kantin, ditambah pikiran dalam hati Raja, “ada
apa ini?, semoga kamu baik-baik saja Rosie”, Raja mengantarnya sampai parkiran,
Rosie melambaikan tangan, melemparkan senyum, tampak wajahnya bahagia, Raja amat kebingungan dan merasa tak ingin berpisah dahulu, tapi berusaha tersenyum untuk Rosie, balas melambaikan tangan untuk Rosie, "hati-hati ya Rosie, see you…".
dari pertemuan ini mereka sama-sama menyimpan pada akhirnya, menyimpan segalanya, pertanyaan, keinginan untuk tahu banyak tentang, tentang isi hati mereka yang tak terungkapkan, tapi bisa tergambarkan oleh banyak hal, kenyataannya juga, mungkin sekarang mereka akan pura-pura lupa, bagaimana selanjutnya, atau menyimpan benih masing-masing untuk memoles cinta mereka sendiri-sendiri.
tentang pertemuan mereka, untuk duduk berdua lagi, bercengkrama hangat dengan kopi hitam dan teh lagi, entah kapan!.
Bersambung…
0 Comments