Ada upacara hari pramuka pagi ini, yang dilaksanakan bersama-sama diikuti oleh SMP dan SMA Islam Sabilillah Malang di area Sport Center Sekolah Sabilillah, letaknya berada di belakang gedung utama SMA Islam Sabililllah, yang dihadiri dan dipimpin langsung oleh K.Kwarran Lowokwaru-Kota Malang yaitu Kak Munir sebagai pembina upacara pagi ini.
Suasana khidmat ketika sepanjang jalannya upacara, mulai dari pembacaan Dasa Dharma Pramuka dengan 3 bahasa (Indonesia-Inggris-Arab), menyanyikan lagu Hymne Pramuka bersama-sama, yang memberikan gema suara dari kurang-lebih 250 peserta upacara pagi ini cukup membuatku merinding, juga setelahnya keadaan itu membantuku mengingat beberapa hal.
ceritanya begini, selamat membaca.
tahun 2004, adalah tahun dimana kali pertama aku mengenal upacara, melalui perkemahan/jambore ranting tingkat Kecamatan di daerah utara Kabupaten Pamekasan waktu itu, tentu saja, anak se-usia itu, usia Sekolah Dasar sepertiku waktu itu hanya sekedar ikut dan tak berpikir segala sesuatu yang mungkin secara kasar tak tahu-menahu bahkan barangkali tak ingin tahu apa maksud dan fungsinya, atau jika diartikan semakin dalam bisa berupa "makna" yang bisa diambil dari upacara pertamaku kala itu, semuanya terjadi begitu saja dan tentu aku tak ingat seperti kondisi fisik, suasana dan perasaanku waktu itu, yang aku tahu dan ku sadari aku hanya "pernah" mengikuti upacara pertamku ketika usiaku kira-kira 12 atau 13 Tahun.
Dilanjutkan setelah ku duduk di Sekolah Menengah Pertama, aku dulu bersekolah di MTs N Model Sumber Bungur Pamekasan 3, masih berbicara upcara, aku ingat betul, semasa kelas 7 ada Pak Holis waktu itu yang slalu menyiapkan kami semua siswa-siswi disekolah itu pada pra-upacara dengan berbagai arahan dari beliau sebagai persiapan awal sebelum upacara bendera dimulai, untuk beberapa teman mungkin banyak yang bosan mendengarkan segala bentuk arahan lewat pengeras suara yang sejujurnya sangat kencang menyambar telinga, namun bagiku, saat-saat itulah yang menjadi titik yang sebetulnya merupakan hal yang sangat menarik untuk diingat, ya aku juga ingat betul bagaimana guru-guru disekolah menyiapkan segala sesuatu dengan baik, mulai dari petugas upacara sampai dengan yang paling rawan mendapat perhatian khusus yaitu peserta upacara. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa anak-anak yang berbaris dibarisan yang berbeda atau diluar kelompok kelasnya, jika tidak salah barisan yang berada disisi selatan dekat dengan barisan guru-guru itu merupakan hukuman bagi siapa saja siswa/siswi yang melanggar tata tertib upacara hari senin, tata tertib disini bahkan cenderung lebih luas (yang kuingat), mulai dari kelengkapan seragam, sepatu tak standart (tidak hitam), atribut tidak lengkap (lambang, logo, nama, tanda kelas dan lainnya), atau ketika siswa-siswi datang terlambat, yang kesemuanya itu menjurus pada point penting yang aku sadari ketika umurku sudah hampir 25 tahun dan menjadi guru (sekarang), yaitu "kedisiplinan".
hal yang sama berlaku ketika selanjutnya guru yang bertugas mempersiapkan adalah Bapak Edy S., beliau menggantikan pak Holis waktu itu, Pak Edy salah satu yang serba bisa, menjadi guru yang sebetulnya humoris dan dekat dengan anak didiknya baik didalam dan diluar kelas, dikenal juga sebagai pembina pramuka disekolah ini, dan juga ingat saja bagaimaa sapaan akrab dan senyumnya setiap kali bertemu, namun semua itu tidak akan ku temui ketika pra-upacara berlangsung sejak saat itu hehehe.
begitu juga yang terjadi kira-kira pada tahun 2008 ketika aku duduk di sekolah menengah atas, orang yang aku kenal dengan peran sebagai Raja di ritual (pra-upacara) itu bernama Pak Anwari, guru Penjas (olahraga) di SMA N 1 Pakong, sama seperti Pak Holis dan Pak Edy, tak ada satu-pun siswa-siswi yang berani membantah apapun yang dikatakan beliau selama mempersiapkan upacara hari senin. dan jujur saja, setiap kali beliau berhasil membuat kami semua (peserta upacara) menjadi disiplin mengikuti upacara, terkadang itu juga menjadi kebanggaan buat ku (dalam hati) yang memang suka upacara hari senin ini, ketika teman-teman semua tertib dan upacara berjalan lancar dan khidmat, rasanya lega sekali.
Pernah suatu ketika pada upacara hari senin di SMA N 1 Pakong, suasananya waktu itu upacara berjalan dengan sangat tertib, aku sangat merasakannya, namun begitu MC sudah tiba waktunya mengumumkan untuk membubarkan peserta upacara, tiba-tiba beliau (Pak Anwari) masuk dan mengambil MIC distand Pembina upacara, kami semua (peserta) pun mulai cemas dengan keadaan itu, oh no... padahal kami semua tertib, apa ada yang salah, atau ada yang tak tertib ketika upacara berlangsung? pikirku dalam hati, teman-teman yang lain pun mengeluh dan berkata pelan dan saling berbisik di masing-masing barisan, yaah... "nggak jadi dibubarkan", waktu itu matahari memang sudah mulai meninggi, lalu apa yang terjadi setelahnya? apa kira-kira diinstruksikan Pak An melaui pengeras suara itu?, hm...... ini nih, oke lanjut!, dengan memberikan senyum juga ucapan selamat, beliau berkata, "saya sangat berterima kasih kepada semuanya, mari kita bertepuk tangan untuk diri masing-masing, upacara yang sangat disiplin, pak An sangat bangga", ucapnya. Sontak seisi lapangan upacara merespon dengan bertepuk tangan dan tertawa bersama mendengar ucapan selamat dan senyum dari guru yang paling killer (menurut teman-temanku semasa sekolah).
Mengenang adalah hal indah yang mewarnai hariku kali ini, sesuatu yang mampu menyadarkan hal-hal lain diluar objek kenangan itu sendiri, dari Pak Holis, Pak Edy, juga Pak Anwari aku mendapat banyak hal, power disiplin yang mereka ajarkan dalam upacara hari senin itu juga banyak menyadarkanku tentang beberapa hal lain yang membawa perubahan untukku dihari ini.
Aku ingin mengungkap sesuatu yang sebetulnya penting gak penting, tapi ini terjadi karena beliau-beliau diatas, keberhasilah ritual sebelum upacara bendera sesungguhnya, oiya.. pertama kali ku menghayati lagu adalah bukan ketika ku mendengar lagu armada, kangen band atau apalah itu, tapi ketika lagu Indonesia Raya dikumandangkan, dan bendera merah-putih ditarik dengan penuh hati-hati oleh petugas didepanku, tak jarang bulu-bulu kecil di sekitar lengan ikut berdiri kala suara-ku semakin lantang (tanpa sadar) ketika menyanyikan lagu itu, pada posisi setiap kali aku berdiri dan mengangkat tangan yang disebut posisi hormat kepada bendera, aku merasakan bagaimana kecintaan dan bangga pada Indonesia sejak upacara hari senin pada upacara pertama, upacara kedua ketiga keempat kelima dan selanjutnya sampai akhir khayat.
Terima kasih untuk upacara pramuka hari ini yang menyentilku untuk ingat beberapa hal dimasa lalu, dan terima kasih juga kepada tokoh penting dalam cerita diulisan ini, beliau-beliau yang menemani, menata, membawa kebaikan dari pra-upacara yang kusebut ritualku dimasa lalu, Pak Holis (yang sekarang menjadi Kepada sekolah di sekolahku itu), Pak Edy, dan Pak Anwari (Guru favorit semasa SMA sampai hari ini, disiplin, tegas, kuat, dan satu lagi, aku menganggap beliau mirip pesepakbola idolaku, Bambang Pamungkas) hhe..... Semoga sehat dan dimudahkan segala urusannya, Amin
Akhir sekali, terima kasih bapak-bapak, telah memberikan pelajaran untukku sebagai pribadi yang belajar lebih baik ketika dilapangan (bukan hanya dikelas).
Selesai
Malang, 14 Agustus 2017
0 Comments